Translate

Friday, May 20, 2011

Pemaknaan Bahasa dan Demonstrasi di Timur Tengah

Pagi yang cerah di Tufnell Park, teringat masakan sayur toge yang biasa dibuat oleh orang tua saya di Cileunyi, Bandung.  Maka saya pun bergegas ke dapur untuk membuat sayur toge atau sprouts menurut Londoners. Well Done Amateur Chef!! Begitu ekspresi untuk menghibur diri sendiri, meskipun rasanya agak berbeda dengan sayur toge buatan orang tua karena bahan masakannya tidak persis seperti yang Cileunyi.

Seperti biasa saya pun membuka internet untuk membaca berita hari ini, apa saja headline yang masih bertahan selain penangkapan dan pengunduran diri Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF) karena pelecehan seksual, dan operasi militer illegal Negara barat di negerinya Muammar Khadafi. The independent, Koran harian terkemuka di Inggris, yang terkenal karena mengusung idealisme sebagai Koran yang bebas dari berbagai kepentingan, sesuai dengan namanya yang secara literal berarti bebas. Di halaman utama Koran ini terpampang judul “Cameron Embraces Tyranny”, David Cameron adalah Perdana Menteri Inggris pada saat ini yang sedang gencar “melancarkan operasi demokrasi” di Timur Tengah. Kalau cermat melihat berbagai informasi akhir-akhir ini, maka penerimaan perdana menteri terhadap Putra Mahkota Bahrain seperti yang diberitakan Koran The Independent tersebut memunculkan fakta yang problematis terhadap komitmen barat terutama US, Inggris, dan sekutunya terhadap apa yang dinamakan dengan demokrasi. Karena penerimaan tersebut terjadi di tengah-tengah protes terhadap Bahrain yang sedang melakukan tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap para demonstran, ruang-ruang public seperti Rumah Sakit, para dokter, dan mayoritas masyarakat dengan bantuan sekutu terdekatnya yaitu Arab Saudi dan tentu saja atas restu US dan kawan-kawannya.

Kenapa Bahrain jadi pengecualian Inggris dan kawan-kawannya, Koran tersebut menghadirkan fakta bahwa nilai investasi Inggris di negeri kaya minyak tersebut sangatlah besar terutama Royal Bank of Scotland. Fakta-fakta tersebut seolah berbicara sendiri untuk mengklarifikasi setiap bahasa eufimisme yang dilontarkan oleh para actors dibalik “operasi demokrasi” di Timur Tengah tersebut. Kemudian fakta lain muncul seperti yang diungkapkan oleh Noam Chomsky dalam keynote speech nya di hadapan ribuan orang yang memadati perayaan milad yang ke- 25 dari sebuah badan pengawasan media di New York, US. yang mengatakan bahwa ada dua nilai strategis Bahrain terhadap kepentingan Barat di Timur Tengah yang pertama adalah Bahrain sebagai pangkalan ke lima dari Armada Amerika Serikat di Timur Tengah, yang kedua adalah penduduk mayoritas Bahrain yang 70% Syiah, Negara ini persis di sebelah timur Arab Saudi dimana terdapat warga syiah secara mayoritas. Dari aspek historis dan kultural, warga Syiah akan sangat dekat dengan kepentingan Iran yang selama ini menentang segala tindakan US, Inggris dan sekutunya di Timur Tengah.

Dua perspektif yang dikumukakan oleh the Independent dan Noam Chomsky kiranya cukup untuk memberikan makna terhadap apa yang dinamakan dengan “operasi demokrasi” di Timur Tengah. John Locke, philosopher Inggris, menyatakan bahwa rangkaian kata memberikan tanda konsepsi internal (internal conception) yang tidak selamanya sesuai dengan fakta menurut penilaian akal kita. Rangkaian kata-kata eufimisme seperti operasi perdamaian, operasi pembebasan dari terorisme, operasi penegakan demokrasi, perang untuk damai (war is for peace) seolah menjadi tidak berarti jika meminjam konsepsi Locke terhadap pemaknaan bahasa, karena fakta menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kata-kata. Yang ada adalah fakta-fakta tersebut memberikan makna lain dan sebaliknya seperti brutalisme, imprealisme, penjajahan, dan kejahatan kemanusiaan.

Tufnell Park, 20 May 2011

Sumber: