Ada sebuah pemeo yang mengatakan bahwa waktu adalah uang (time is money). Pameo ini cukup menjiwai pri kehidupan masyarakat kapitalis, sehingga dalam perkembangannya lebih lanjut, pameo ini dipraktikan dalam semua aspek kehidupan, baik kehidupan relijius, kehidupan sosial, kehidupan ekonomi, dan lain sebagainya. Dalam bahasa yang sederhana, ketika waktu dikonotasikan sebagai modal untuk mencari nilai-nilai komersial alias uang maka kehidupan manusia kemudian akan berorientasi uang.
Pertanyaan sederhana untuk menjawab hipotesis diatas adalah "Apakah hidup Anda Bergantung kepada Uang?", jika dalam hidup selama ini, Anda kekurangan uang dan Anda merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, maka jawaban Anda "Ya", jika dalam hidup selama ini kekurangan uang yang Anda alami dirasa tidak mempengaruhi kualitas kehidupan Anda, berarti Anda tidak bergantung kepada uang.
Dalam berbagai cara orientasi terhadap uang ini diwujudkan bahkan dalam kehidupan relijius, contohnya "niat" dalam melaksanakan sholat dhuha adalah untuk mempermudah mendapatkan "rizki" alias uang, niat sholat Tahajud untuk dimudahkan mendapatkan deal-deal bisnis, posisi/jabatan yang mapan, untuk dimudahkan mendapatkan kesempatan bersekolah, dll. bukankah "innamal a'maalu binniyyat" bahwa segala bentuk amalan tergantung kepada niat, jika dalam beribadah selama ini niat Anda adalah selain mengharap keridhoan Allah (Seeking Pleasure of God) maka itulah kualitas ibadah Anda, serajin apapun Anda Sholat Tahajud, sesering apapun Anda melaksanakan sholat berjamaah di Mesjid.
No comments:
Post a Comment