Translate

Saturday, March 15, 2008

The Road to Allah

The Road to Allah adalah karya Ustadz Jalaludin Rakhmat, orang Sunda bilang Kang Jalal, sebagai penomena tersendiri dimata pencari spiritualitas. Lewat buku ini Kang Jalal, yang juga pernah menulis buku penomenal “Dahulukan Akhlak diatas Fikih”, melalui kontemplasi pribadi mengajak pembaca untuk mengenali tahap-tahap perjalanan ruhani menuju Tuhan. Perjalanan yang tidak melalui jalur simbolistik via formalitas keagamaan, seperti yang sedang menjadi budaya massa masyarakat Indonesia pada umumnya, tetapi sebuah perjalanan yang penuh dengan lautan makna dan esensi.

Tahap-tahap perjalanan menuju Tuhan harus melalui beberapa tahap: tahap persiapan, tahap setelah memulai perjalanan, dan tahap akhir. Disetiap tahap diuraikan amalan, akhlak, dan pengetahuan.

Bagaikan sebuah peta kehidupan, dimana harus mulai dan kapan harus berhenti. Tahap perjalanan ruhani menurut “Mazhab Jalali” dalam buku ini diawali dengan cinta. Dalam bab “Cinta sebagai Agama” Kang Jalal mengeksplorasi kedudukan cinta dalam kehidupan manusia dan posisi cinta dalam eksistensi spiritualitas. Seperti tulisannya yang mengatakan “untuk mendekati Allah Swt, tidak diperlukan kecerdasan yang tinggi dan ilmu yang sangat mendalam. Salah satu cara utama untuk mendekati Tuhan adalah hati yang bersih dan tulus. Tidak jarang pengetahuan kita tentang syariat membuatakan kita dari Tuhan. Tidak jarang ilmu menjadi hijab yang menghalangi kita dengan Allah Swt”. Artinya dalam bahasa yang mudah, Kang Jalal mengajak manusia untuk mendekati Tuhan bukan dengan legal formal keagamaan, seperti yang dipertontonkan Majelis Ulama Indonesia yang membuat fatwa-fatwa yang pada akhirnya memicu konflik, tetapi dengan cinta dan ketulusan hati.

Erich Fromm, dalam buku The Art of Loving yang menjadi salah satu buku acuan Kang Jalal dalam bab “Pelajaran Mencintai”, menulis bahwa salah satu penyebab kegundahan dan penderitaan manusia modern adalah tidak mengetahui hakikat cinta, manusia modern memposisikan cinta secara pasif. Artinya mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai. Jadi yang dilakukan oleh manusia modern adalah upaya untuk dicintai, bukan mencitai. Akibatnya ketika tidak ada yang mencintai, maka terjadi penderitaan dan kegundahan jiwa. Dengan mengulas pemikiran Erich Fromm, Kang Jalal mengajak kita untuk mulai berusaha memposisikan cinta secara aktif, artinya kita memulai untuk mencitai. Dalam bahasa Steven Covey dalam buku “Tujuh kebiasaan manusia yang paling efektif” posisi aktif ini dikategorikan sebagai sifat empati, artinya sebelum kita menuntut dicintai, dihargai, dihormati, dan diberi, kita harus terlebih dahulu mencintai, menghargai, menghormati dan memberi.

Saran Kang Jalal untuk memulai tahap persiapan dalam beberapa tahap menuju Tuhan adalah berusaha untuk menjadikan cinta sebagai inti agama (core of religion), selanjutnya kita diajak untuk mencintai hal yang wajib kita cintai, yaitu mencintai Allah, mencintai Rasul-Nya, dan mencintai Keluarga Nabi SAW, serta mencintai kaum fakir dan miskin. Menurut Kang Jalal, jika kita telah mampu belajar mencintai Allah Swt, Rasul-Nya, Keluarga Nabi, serta kaum fakir dan miskin, hal tu telah cukup menjadi bekal bagi kita, dibandingkan dengan seluruh dunia dan segala isinya.

Wallohu’alam bi asshowab.



No comments: